Satjaya.web.id – Dalam rangka meningkatkan bela negara mahasiswa baru angkatan 57, IPB University menggelar Kuliah Umum Bela Negara dengan mengusung tema “Bela negara di masa pandemi: ikut serta mengatasi pandemi dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar”. Kuliah umum tersebut digelar secara virtual melalui kanal Youtube Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB, Jumat (28/8/2020).
Hadir dalam kuliah tersebut di antaranya Wakil Rektor IPB Bidang Kemahasiswaan, Dr. Ir. Drajat Martianto, M. S.i., Dekan Fakultas dan Sekolah, Direktur Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir, Direktur PPKU, Kasubdit Pembinaan Karakter, dan Laksdya TNI Dr. Amarulla Octavian, S. T., M.Sc., DESD., CIQnR., CIQaR. yang merupakan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) sekaligus narasumber dalam kuliah umum ini.
Dalam sambutannya, Drajat Martianto mengucapkan terima kasih kepada Laksdya TNI Dr. Amarulla Octavian atas kesediannya untuk hadir dan memberikan arahan, petuah, dan semangat kepada mahasiswa baru IPB angkatan 57. Ia menyebut, ada 4.250 orang mahasiswa baru dan mereka adalah calon-calon pemimpin di masa depan.
“Mahasiswa baru yang mengikuti kuliah umum ini sangat beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk mendengar suatu penyajian yang akan meningkatkan pengetahuan kita, meningkatkan kemantapan dan semangat untuk membela negara kita yang tercinta ini dengan sebaik-baiknya, dengan cara yang benar, dengan cara yang bisa memajukan bangsa kita di masa mendatang,” kata Drajat diawal sambutannya.
Menurut Drajat, tantangan terbesar bagi mahasiswa di Indonesia saat ini cukup banyak. Kemajuan teknlogi, mudahnya akses informasi, dan mudahnya terkoneksi dengan dunia luar kadang-kadang menjadi bingung. Begitu banyak informasi yang didapatkan, tapi tidak seluruhnya benar. Informasi-informasi yang didapat itu dari berbagai aspek, mulai dari aspek kehidupan sosial, kehidupan politik, sampai hal-hal lain termasuk juga hubungan antar jenis yang tentu tidak baik untuk ditiru.
“Di Indonesia, mahasiswa juga dihadapkan dengan persoalan-persoalan radikalisme yang juga merupakan persoalan yang harus kita hadapi bersama dan beruntung sekali kepada mahasiswa baru yang mengikuti kuliah umum ini karena akan mendengarakan ilmu baru dari narasumber yang memang sangat berkompeten serta memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas,” tegasnya.
IPB dikenal sebagai kampus rakyat, juga dikenal sebagai kampus inovasi. IPB dikenal dengan berbagai macam nama. Di IPB terkumpul hampir 30.000 mahasiswa multistrata, dari sekolah vokasi, program sarjana, profesi, master, dan doktor.
“Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Berasal dari berbagai daerah. Hampir 500 kabupaten dan kota di Indonesia dengan keragaman budaya, agama, bahasa, latar belakang sosial ekonomi, dan keragaman lainnya. Semuanya berkumpul di IPB,” terang Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan itu.
Dalam memilih mahasiswa IPB tidak pernah melihat latar belakang-latar belakang tersebut. Sepanjang memenuhi syarat akademik, memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan IPB, apapun agamanya, apapun suku bangsanya, apapun latar belakang sosial ekonominya, tentu akan diterima di IPB.
“Kemudian menyatu di IPB dan menjadi kekuatan untuk membangun bangsa di masa depan,” terus dia.
Ia menerangkan, saat ini IPB sedang berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan besar, terutama dalam kurikulum. IPB akan menerapkan kurikulum baru. Beruntung sekali bagi mahasiswa baru angkatan 57 karena langsung mendaptkan sistem perkuliahan dengan kurikulum baru yang sudah dipersiapkan sebaik-baiknya sesuai dengan karakteristik mahasiswa baru sekarang, yakni generasi milenial.
Sebelum mahasiswa baru melangkah ke sana, belajar dengan kurikulum baru, tentu sangat penting untuk membentengi diri. Menguatkan dengan berbagai prinsip dan karakter, salah satunya prinsip kebangsaan yang memegang teguh NKRI.
“Saya juga perlu menyampaikan bahwa baru kali ini dalam sejarah pendidikan di IPB seorang mahasiswa baru itu tidak langsung masuk ke kampus. Saudara sekalian harus belajar di rumah masing-masing dari jarak jauh selama satu semester, insya Allah. Mudah-mudahan awal tahun depan kondisi pandemi ini sudah bisa diatasi, sudah menurun dan saudara sekalian bisa berkumpul bersama mahasiswa lain untuk belajar di kampus IPB ini,” harapnya dalam sambutan di Kuliah Umum Bela Negara.
Dalam konteks bela negara tentu saja banyak hal yang bisa dilakukan. Di samping hal-hal yang memperkuat kecintaaan kepada tanah air, bisa juga melakukan hal-hal positif mulai dari hal kecil hingga paling besar.
“Dalam kondisi pandemi covid-19 ini, saudara sekalian juga bisa melakukan bela negara dengan hal hal kecil, mulai dari mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, dan menggunakan masker. Itu saudara sudah melakukan perlindungan dan membela diri sendiri untuk tidak terkena Covid-19 dan secara tidak langsung sudah melindungi lingkungan sekitar, saudara, dan teman, dari kemungkinan terkena covid-19,” terusnya.
Drajat menyebut, begitu luas hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka membela negar. IPB juga melakukan upaya-upaya untuk membantu masyarakat dan membantu pemerintah di dalam melakukan analisis-analisis laboratorium terkait covid-19 sebagai bentuk kontribusi IPB bagi pemerintah daerah dan bagi masyarakat. Bantuan IPB berupa peralatan-peralatan penunjang pencegahan maupun penanganan Covid-19 sangat banyak, baik berasal dari IPB sendiri, maupun dari alumni yang kita distribusikan ke berbagai rumah sakit, kepada masyarakat.
“Itu semua adalah bentuk bela negara ala IPB terutama dalam ikut memecahkan persoalan pandemi covi-19 ini,” ujar Drajat.
Dirinya berpesan untuk terus melakukan semaksimal mungkin sesuai yang bisa dilakukan dalam konteks bela negara mulai dari hal-hal kecil dan syukur bila bisa melakukan hal-hal yang lebih besar.
Sementara itu, Laksdya TNI Dr. Amarulla Octavian menerangkan terkait UUD, pertahanan dan keamanan negara, pemberdayaan sumberdaya nasional, sistem pertahanan negara, pandemi Covid-19, bela negara untuk penerapan kesehatan diri sendiri, dan hal-hal yang berkaitan dengan bela negara lainnya.
“Para mahasiswa harus paham bagaimana tindakan praktis untuk mencegah penularan sebagai bentuk bela diri perorangan terhadap ancaman Covid-19,” kata Rektor Universitas Pertahanan itu.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk menjaga daya tahan tubuh dengan cara olahraga pagi secara teratur, makan tepat waktu, minum vitamin, tidur dengan posisi yang benar, dan berhenti merokok.
Menurut Amarulla Octavian, kesadaran untuk mematuhi semua kebijakan pemerintah adalah bentuk nyata bela negara.
“Kemudian rela berkorban untuk menyediakan waktu dan tenaga membantu pemerintah dalam menolong sesama warga masyarakat dan aktif mencari solusi baru,” pesannya.
Peserta Kuliah Umum Bela Negara juga turut aktif. Beberapa mahasiswa baru angkatan 57 juga turut menyampaikan pertanyaan kepada narasumber yang kemudian dijawab langsung oleh narasumber yang dikomandoi oleh MC kuliah umum, yakni Rimba Basuki. (MHT)



