POHON DAN BUAH

Pohon dan Buah

Sebuah Karya dari Sang Pemimpi

                Sebuah desa yang sejuk dan indah. Masih banyak pandangan hijau disana. Suasana dingin menembus kulit. Tapi tak terasa oleh Nisya yang setiap paginya selalu ia rasakan. Nisya adalah sosok perempuan yang tangguh dan penuh kesabaran. Ia adalah orang baik dan sangat cerdas. Ia juga seorang wanita yang gemar menulis. Tetapi dibalik semua itu, ia selalu tertekan dengan sang ibu tirinya. Sang ibu tiri yang selalu menekan dirinya. Tetapi ia tetap sabar menahan dan menghadapinya. Terkadang ia selalu pergi ke suatu tempat untuk menenangkan hatinya, atau ia selalu menuangkan perasaannya dalam sebuah tulisan. Sahabat-sahabat Nisya selalu memberikan motivasi kepadanya, terutama Cahya yang dikenal sebagai orang bijak, ia memberikan motivasi agar Nisya tetap semangat dan tidak bawa perasaan apa yang dikatakan ibu tirinya.

                Di awal pagi, ia sudah dimarahi oleh ibu tirinya. Ayah kandungnya hanya berdiam diri dan tak bisa berkata apa-apa.

Ibu Tiri Nisya	:	“Nisya..........! Makanan yang di meja siapa yang ngambil?”
Nisya	:	“Sama Nisya bu”
Ibu Tiri Nisya	:	“Kamu enak aja maen ambil...ga bilang-bilang dulu!”
Nisya	:	“Maafkan Nisya bu”
Ibu Tiri Nisya	:	“Tuh liat anakmu, ga punya diri . Makanan orang maen ambil aja”
Ayah Nisya	:	“Sudahlah bu sudah....”

                Ibu tiri Nisya tak membalas apa yang dikatakan ayah Nisya, lalu sang ayah menemui Nisya dan memberi semangat kepadanya.

Ayah Nisya	:	“Maafkan ibu tirimu ya nak... jangan dibawa ke hati. Lupakan aja apa yang ia katakan kalau itu selalu menekanmu”
Nisya	:	“Ia yah... Nisya udah sabar ko yah. Tapi Nisya rindu mamah, yah. Kalau mamah masih ada, mamah pasti sangat sayang ke Nisya”
Ayah Nisya	:	“Udah Nisya udah... Kamu do’akan aja mamahmu. Minta kepada Allah agar mamahmu ada dalam rahmat dan lindungan-Nya”
Nisya	:	“Ia yah. Nisya sekarang mau siap-siap dulu ya yah.Udah siang juga mau sekolah. Bentar lagi temen-temen Nisya pada ngejemput”
Ayah Nisya	:	“Ia Nisya sayang. Kamu jangan sedih ya. Semangat anak ayah yang cantik”

                Nisya sudah melupakan kejadian yang tadi, ia semangat kembali untuk sekolah. Ia siap-siap untuk berangkat sekolah. Tak lama kemudian teman-teman Nisya menjemputnya. Lalu Nisya pamit dan berangkat sekolah.

                Bel sekolah berbunyi, Nisya dan teman-temannya mulai belajar seperti biasanya.

Ibu Guru	:	“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi anak-anak”
Murid-Murid	:	“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Pagi bu
Ibu Guru	:	“Baik anak-anak. Sebelum ke pembelajaran, ibu seperti biasa akan mengutip kisah motivasi hidup”
Murid-Murid	:	“Ia bu”
Ibu Guru	:	“Anak-anak yang tercinta. Kadang kita suka membantah apa yang dikatakan orang tua, dan kadang kita tak melaksanakan apa yang diperintahkannya. Janganlah memperlakukan orang tua kalian seperti memperlakukan orang orang lain. Sayangi dan patuhilah orang tua kalian. Untuk orang tuanya yang masih ada, jangan sia-siakan, patuhilah orang tua kalian. Dan untuk yang sudah tiada, do’akanlah, karena do’a anak yang sholeh dan sholehah akan didengar oleh Sang Maha Kuasa”

                Hati Nisya mulai tersentuh, ia merasakan kembali kesedihannya. Lalu, sang guru membangkitkan lagi semangat murid-muridnya.

Ibu Guru

:

“Kalian harus tetap semangat. Jangan sedih. Hapus air mata kalian. Jangan sampe orang tua kalian ikut sedih. Ayo sekarang kita mulai belajar”.

                Pembelajaran pun dilanjutkan, dan gurunya memberikan pengumuman bahwa besok belajar di rumah.

Ibu Guru	:	“Anak-anak, Alhamdulillah pembelajaran kita hari ini selesai. Oh iya, ibu barusan dapet kabar dari group Wa sekolah, untuk hari ini belajar hanya 1 pelajaran dan besok belajar di rumah”
Noval	:	“Alhamdulillah... yes... yes...”
Ibu Guru	:	“Noval.... Ingat belajar di rumah bukan libur”
Noval	:	“Iya bu” (ucapnya sambil malu)

                Tak lama kemudian, bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa pulang dan kembali ke rumah. Tetapi, berbeda dengan Nisya dan teman-temanya, ia berunding untuk mengerjakan tugas.

Cahya	:	“Hei temen-temen. Besok kita belajar bareng yu sekalians ngerjain tugas bareng juga. Gimana?”
Jessie	:	“Nah bener... yu ah kuy”
Cahya	:	“Gimana yang lain?”
Dian	:	“Aku sih ngikut aja”
Nisya	:	“Ayo deh,, dari pada aku di rumah, dimarahin mulu”
Jessie	:	“Tapi dimana tempatnya?”
Cahya	:	“Di rumah aku aja gimana?”
Dian	:	“Boleh boleh”
Winda	:	“Ayo ayo... Yu ah kita pulang, istirahat di rumah, besok kan kita ketemu lagi”

                Mereka pun pulang ke rumahnya untuk istirahat dan mereka akan kembali bertemu di hari esok.

***

                Keesokan harinya, mereka kumpul di rumah Cahya untuk mengerjakan tugas.

Winda	:	“Assalamu’alaikum... Cahya”
Bunda Cahya	:	“Wa’alaikumussalam Warahmatullah.. Eh kalian, sini masuk. Cahya udah nunggu kalian dari tadi.”
Dian	:	“Eh bunda, hehe.. Iya bun”
Bunda Cahya	:	“Cahya..Ini temen-temenmu nih udah pada dateng. Tadi nanyain terus”
Cahya	:	“Iya bunda”
Nisya	:	“Cahya, enak ya keluarga kamu mah. Hidupnya aman dan tentram” (sambil berbisik)
Cahya	:	“Nisya, ga boleh bilang gitu. Kamu harus bersyukur”
Nisya	:	“Iya Cahya”
Cahya	:	“Ayo duduk”
Dian	:	“Ayo”
Bunda Cahya	:	“Cahya... Ini bawa makanannya.. Sambil nyemil ngerjain tugasnya”
Cahya	:	“Iya bunda”
Winda	:	“Kita langsung yu temen-temen”
Nisya	:	“Ayo kita kerjakan tugas-tugasnya. Setelah beres aku ingin nanya ke kalian”
Winda	:	“Wah nanya apa nih? Hehe”
Dian	:	“Iya nanya apa nih?”
Cahya	:	“Sudah-sudah ,, kita selesaikan dulu tugasnya. Ingat jangan membuang-buang waktu. Karena 1 detik pun sangat berharga. Jangan sia-siakan”
Nisya	:	“Nah betul kata Motivator Muda juga, hihihi”
Cahya	:	“Ih apaan cenah, belum pantes. hehe”
Jessie	:	“Yu ah kerjakan”

                Kemudian, mereka pun mengerjakan tugas-tugasnya hingga selesai.

Jessie	:	“Alhamdulillah tugasnya beres.. Sekarang kita dengerin Nisya”
Dian	:	“Iya bener ,, hehe.. Ayo Nis mau nanya apa?
Nisya	:	“Mmmmmmmmmm, begini temen-temen. Kalian kalau udah lulus mau jadi apa?”
Cahya	:	“Kalau aku sih pengen jadi seorang pembicara, khususnya jadi motivator. Aku ingin jadi mata air, yang memberikan kemanfaatan kepada kehidupan.”
Dian	:	“Kalau aku ingin buka perguruan silat, aku ingin mengajarkan apa yang aku punya ke orang lain.
Nisya	:	“Kalau yang lain gimana?”
Winda	:	“Kalau aku ingin kuliah dulu ngambil keguruan, setelah itu aku ngajar deh di sekolah. Agar ilmuku bisa berkah.
Jessie	:	“Jujur, aku bingung kalau ditanya kaya gini”
Winda	:	“Lho bingung kenapa, Jes?”
Jessie	:	“Ya aku bingung, aku ga ada pilihan”
Cahya	:	“Jes, seharusnya kamu sudah punya pilihan dari sekarang, agar kamu bisa merencanakan segala sesuatunya dan agar kamu bisa berhasil di kemudian hari”
Jessie	:	“Yaudah deh, aku kayanya kerja di kantoran aja”
Cahya	:	“Nah gitu dong,,, hidup itu harus punya tujuan”
Jessie	:	“hehehe”
Winda	:	“Oh ya, ngomong-ngomong kamu mau jadi apa, Nis?”
Nisya	:	“Insya Allah aku ingin mejadi seorang sastrawan. Aku ingin memanfaatkan kemampuanku dalam bidang tulisan. Aku ingin tulisan ku ini bisa bermanfaat untuk orang lain.
Cahya	:	“Okay baik temen-temen,,, satu hal yang harus kalian ingat dan pahami. Kita adalah sahabat. Kita buktikan bahwa kita mampu menjadi orang berhasil. Kita sahabat sampai mati” (ucap Cahya dengan kata-kata bijaknya sambil menjulurkan tangannya ke depan)
Semuanya	:	“Sahabat sampai mati” (satu persatu tangannya ke depan)

***

                Empat tahun kemudian,merupakan waktu yang tak sebentar. Cahya sudah menjadi seorang pembicara, Nisya menjadi seorang penulis terkenal, Winda menduduki bangku kuliah di semester akhir jurusan pendidikan Matematika, Dian sudah membuka perguruan silat, dan tak disangka-sangka celotehan Jessie yang menjadi sebuah kenyataan (kerja kantoran). Tetapi, selama 4 tahun ke belakang mereka hilang komunikasi.

Suatu ketika, Nisya sedang menulis di notebooknya. Ia teringat dengan teman-temannya. Akhirnya ia menghubungi teman-temannya. Ia senang karena teman-temannya sudah berhasil. Nisya pun mengajak teman-temannya untuk kumpul bersama lagi. Mereka pun  akhirnya kumpul bersama di sebuah tempat yang sejuk dan indah.

Di saat kumpul, Nisya membacakan tulisan yang sudah dibuatnya.

Nisya

:

“Temen-temen, kita sudah menjalin sebuah persahabatan yang erat. Kita ibarat pohon dan buah, yang tak bisa dipisahkan sampai kapan pun. Kita sudah sepakat, bahwa kita bersahabat sampai mati. Mulai saat ini, kita harus lebih dieratkan lagi persahabatan kita. Jangan sampe goyah. Kalian boleh punya sahabat atau temen baru, tetapi jangan lupakan persahabatan kita. Ingat bahwa kesuksesan kita ada pengaruh dari orang yang dekat dengan kita. Aku sudah ceritakan tentang kalian dalam sebuah buku yang berjudul Pohon dan Buah.”

Semuamya terhening, tak bisa berkata apa-apa. Akhirnya mereka memeluk dengan erat. Dan mereka sepakat bahwa mereka tak akan pernah melupakan sahabatnya.

S E L E S A I

Pesan yang dapat dipetik, "Bersabarlah dalam menghadapi apapun dan milikilah cita-cita, karena cita-cita diibaratkan sebagai tujuan hidup seseorang. Jangan sampai hidup tak punya tujuan. Kemudian terkahir, jagalah persahabatan. Jangan sampai hancur karena sesuatu hal. Ingat kesuksesan dan keberhasilan seseorang tergantung orang yang berada disekelilingnya. Jangan lupakan sahabatmu, karena sahabat akan selalu setia denganmu. Sahabat yang baik, ia selalu membantumu dalam kesulitan dan akan mengingatkanmu ketika kamu merasakan kebahagiaan."



Follow ig @ibarat_kata1